Kekerasan
dan Pornografi Seksual
Konten
kekerasan di media massa dan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut
merupakan topik panas yang sering dibahas di pertengahan tahun 1990. Dan pada
tahun 1980an. Juga jauh sebelum ada media massa pada tahun 1960. Novel yang ada
dari satu abad yang lalu telah di kritisi karena menggambarkan konten kekerasan
yang dicetak dan dimuat secara berlebihan. Sejak saat itu
film, masing-masing rekaman musik dan televisi yang sedang populer dari
berbagai jenis disalahkan untuk mendorong kekerasan tambahan dalam masyarakat.,
termasuk peniru kekerasan. Pendapat Senat mengatakan di pertengahan 1950-an
mendengar ke dalam bahaya yang ditimbulkan oleh buku komik kekerasan (lihat
Twitchell, 1989).
Berbagai
media menggambarkan kekerasan telah diberikan, diperbaharui dan ditingkatkan
pengawasannya dalam dekade terkahir, yang mencerminkan kekhawatiran atas
kekerasan yang lebih umum di masyarakat. Inti dari masalah ini adalah : apakah
kekerasan di media berkontribusi terhadap kekerasan sosial atau hanya
mencerminkan kekerasan itu sendiri? Atau keduanya? Dan peran apa yang harus
dimainkan media terkait masalah ini? Peran tersebut mungkin juga diperiksa dari
kedua perspektif etis-yang juga mungkin menyimpulkan bahwa media telah
dinyatakan bersalah memberikan kontribusi bagi kekerasan di masyarakat dan
pertanyaannya hal apakah yang harus dilakukan tentang hal ini. Baru-baru ini,
konten seksual di media cetak dan media elektronik telah menjadi perhatian yang
berlebih di masyarakat terlebih kontroversi atas kekerasan.Hukum pencabulan,
regulasi ketidaksenonohan yang mengudara, peringkat film, sensor secara
langsung dan berbagai jenis tekanan menggambarkan semua kelompok telah
digunakan dalam upaya mengatur kekerasan dalam hubungan seks.
Dari
perspektif hukum, relatif sedikit upaya untuk mengatur konten kekerasan.
Beberapa upaya untuk memberi batasan pada dugaan hasutan media pada kekerasan
melalui penghargaan dari beberapa kerusakan dinilai telah gagal. Kelompok
konsumen dan tekanan politik, intervensi dan pemerintah lebih langsung terhadap
standar etika praktisi media untuk melayani pemeriksaan pada konten kekerasan
di media.
Ketika
kita membahas konten kekerasan media di sini, kita merujuk terutama pada
televisi (baik hiburan maupun berita) dan film. Surat kabar, majalah, dan
beberapa konten yang menjadi sasaran para orang tua yang mencari informasi
tentang kekerasan di media. Topik terkait seperti kekhawatiran memainkan
kekerasan terutama kekerasan dalam vidoe game, meskipun dalam majalah terdapat
pose yang kurang beretika dan kurang begitu penting bagi masyarakat, namun hal
tersebut meningkatkan penjualan dengan cepat secara keseluruhan. John Michael
Kittross berpendapat bahwa upaya luar untuk mengendalikan kekerasan di media
akan menjadi " obat " yang lebih buruk dari penyakit ini . David
Gordon menyatakan bahwa konten kekerasan bagaimanapun juga harus dikontrol jika
media menolak untuk melakukannya sendiri.
Kekerasan
seksual dan pornografi di media sangat disesalkan hanya refleksi dari dunia. Langkah-langkah
pemerintah atau kelompok untuk mengendalikan mereka akan menciptakan sebuah
" obat " yang lebih buruk dari penyakit (kekerasan media itu
sendiri).
Komunikasi
massa yang paling baik dipahami sebagai cermin masyarakat yang menggambarkan
keadaan ambigu dimana setiap pengamat melihat visi dirinya sendiri dan
masyarakat. Oleh karena itu Loevinger mengatakan Unsur substansial kekerasan di
televisi Amerika mencerminkan toleransi dan rasa untuk kekerasan dalam
masyarakat Amerika . Ini agak menyinggung orang Eropayang memiliki sikap yang
berbeda terhadap kekerasan dan ada kurang kekerasan dalam pemrograman siaran
Eropa .
Loevinger
melanjutkan, Pada dasarnya semua media massa disensor oleh masyarakat namun
media massa takut kehilangan status mereka sebagai media massa jika menarik sebagian segmen
tersebut dari masyarakat. Sementara media massa mencerminkan gambar masyarakat
penonton yang terdiri dari berbagai sudut pandang media. Pada setiap proyek,
masyarakat melihat dari visi dan gambar yang ditampilkan di media. ( Loevinger
, 1968, hlm 108-109 ).
Media
mencambuk anak-anak dengan nyaman karena sebagian besar media umumnya
tergantung pada niat baik dari orang untuk menarik iklan sebanyak-banyaknya. Hal
ini telah menimbulkan industri rumahan virtual mengkritik media. Ketika seorang
anak melakukan sesuatu yang antisosial atau pelaku dewasa menyalahkan nya
asuhan anak untuk kejahatan , sebagian besar masyarakat senang untuk
menyalahkan TV, pengasuh anak dan para guru. Mereka mengeluh tentang kenakalan
remaja. Sebagian besar anak tumbuh menjadi orang dewasa yang matang yang
merupakan bagian fungsional dari masyarakat . Meskipun ada banyak orang
dipenjara di Amerika Serikat daripada di negara lain, sebagian besar dari
mereka yang dipenjara berdasarkan ketentuan undang-undang anti - narkoba dan
" hukuman wajib " berdasarkan undang-undang.Meskipun jumlah kematian
tembak dilaporkan mendekati jumlah kematian mobil , jumlah mutlak untuk kedua
penyebab ini dari kekerasan kematian gabungan constitude kurang dari 1/25 dari
1 persen dari total populasi AS , atau kurang dari 4 persen dari semua kematian
. Baik penegak hukum maupun profesional medis bisa menjelaskan sepenuhnya drop
- off pada mereka dengan kecanduan heroin setelah usia 45
Kekerasan
Kita
masih membutuhkan lebih banyak pengujian lagi. argumen surgeon dan yang lain
mengenai hukum sebab akibat yang berhubungan dengan kekerasan di tv dan di
rumah atau di jalan. Yang membuat ini bahkan menjadi lebih simple “karakter
fiksi dalam televisi yang menyebabkan kekerasan dalam kehidupan nyata.
Seperti
sebuah analogi. Fakta bahwa penjara
dihuni oleh penderita disleksia tidak berarti orang itu berperilaku
jahat karena penyakitnya. Tetapi lebih kepada intelegensi, motivasi, dan semua
rasa frustasi dan kesalahpahaman yang dirasakannya yang membuat dia berbuat
kejahatan untuk hidupnya atau demi sebuah hubungan.
Televisi
bukan satu-satunya sarana yang disalahkan untuk perilaku kekerasan. Banyak
polisi yang terkesan memaksakan objek seperti “gangsta rap” lirik di radio yang
seperti menyokong kekerasan, khususnya yang mengarah pada polisi. Bahkan hampir
setelah itu, motion picture industri disalahkan sikap antisosial pada
penyimaknya. Terang saja hal ini menjadi konflik antara pembawaan diri dan kemungkinan
kekerasan yang akan menjadi hasil dari ekspresi kejadian di millenie.
Tidak
ada yang menyangkal bahwa media mempunyai sesuatu yang tidak tentu tapi hampir
menjadi penyebab kekerasan di masyarakat. Sebenarnya, media termasuk program
berita, menjadi gabungan dari beberapa faktor – kondisi ekonomi, perubahan
sosial ( sepeti peraturan dikeluarga, jenjang karir sebagai efek dari
pengepresan produk ekonomi) bahkan klaim atas genetik. Tetapi faktor ini kompleks dan sangat
interaktif, dan jangan menjadi taget yang mudah bagi mereka yang mencari solusi
simple. Bahkan jika mungkin untuk menyalahkan media untuk semua faktor
kontribusi darinya seperti pelepasan tanggung jawab orang tua.
Meski
definisi dari kekerasan susah untuk di refleksikan. Suvey yang telah dilakukan
george gerbner dan yang lain masih belum menjawab pertanyaaan mereka tentang
metodelogi (Comstock et al, 1978, pp.64-70). Penelitian lain tentang “parent’s
goodnight kiss as an assault!”
Pornografi
Pornografi
juga menjadi salah satu yang berkaitan dengan media dan menjadi sangat sulit
untuk di definisikan. Pornografi bisa dikatakan sebagai bentuk kekerasan yang
nantinya mengarah pada wanita. Fundamentalis islam mengatakan bahwa semua
kontak yang dilakukan antara laki-laki dan wanita bisa mengarah pada perbuatan
cabul. Hal ini juga tidak jauh berbeda dari pendapat kaum fundamentalis
protestan yang berpikir tentang kegiatan sex diluar pernikahan dan perilaku
heteroseksual. Begitu banyak hal yang menjadikan semua ini kurang nyaman
seperti iklan pengaman (bahkan tentang penyakit AIDS), pakaian dalam, dll. Penghujatan
berperan penting dalam pembunuhan dan kejailan dalam pembunuhan seperti pada
kasus Salman Rushdie.
Penghujatan,
Pencabulan, Dan Perilaku Senonoh
Penghujatan,
pencabulan dan perilaku senonoh sebenarnya diluar dari lingkup bab ini. dua
aphorisme mencerminkan perasaan saya: “Tongkat dan batu bisa mematahkan
tulangku, tapi kata-kata tidak akan pernah menyakiti saya” dan utuk meringkas
heywood broun (1927) pada capther yang disensor, “siapa yang pernah mendengar
seorang wanita hancur oleh buku?” jika hal ini terjadi maka sebuah seseorang
atau kelompok yang sukses mengamankan kekuatan politik. Maka media harus
memperhatikan diri mereka sendiri dengan masalah itu atau menerima hasil dari
sensor.
Hal
yang bisa mengendalikan tingkat kekerasan dan pornografi adalah sensor. Sensor
disini adalah tentang bagaimana membatasi sesuatu untuk menjadi pusat
perhatian. amandemen pertama yang mengacu pada kongres lewat " no law
" meringkas tentang kebebasan berbicara
dan pers. Media harus bisa menuntut tidak perduli bagaimana cara atau seberapa
banyak perlawanan yang dibutuhkan dalam amandemen itu.
Kesimpulan dan Gagasan
Media
mungkin bukanlah penyebab terjadinya kekerasan, tapi ada bukti kuat bahwa
kekerasan dalam dunia nyata lebih dapat diterima kebanyakan orang sebagai
akibat dari kekerasan yang ada di media. Namun seperti yang saya tulis setelah
kasus pembunuhan Presiden kennedy:
Apakah
orang-orang Amerika menjadi terbiasa dengan kekerasan sebagai sebuah jalan
hidup dan memilih memecahkan semua masalah melalui tindakan kekerasan? Untungnya,
reaksi dari sebagian besar kita pada kasus pembantaian tidak masuk akal di Dallas
menghasilkan kebohongan pada penalaran ini. Kekerasan belum kehilangan
kekuatannya untuk menakuti…
Sudahkah
kita kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi yang mendalam setelah generasi
melihat hati manusia menyimpulkan atau tercabik-cabik dalam rangkaian 23,5
menit program dramatis? Tidak. Walaupun kita merasa, pada akhir empat hari, yang
menguras semua emosi kita, kami tidak. Dan termasuk anak-anak kita bahkan
setelah belasan tahun terpaku pada televisi atau selusin radio transistor yang
menempel di telinga mereka. (Kittross, hal.284)
Jadi
bisakah kita sebagai praktisi media, mengurangi siklus kekerasan di amerika,
untuk mencegah kasus “The Oswald” (dan “The Rubys) dari tindakan yang mereka
telah lakukan? Mungkin.
Haruskah
kita? Apakah kita mempunyai kewajiban untuk mencoba? Saya yakin jawabannya
adalah tentu saja.
Argumen
yang paling penting dalam usaha mengurangi kekerasan adalah suatu pribadi untuk
praktisi media: Apakah kita ingin anak kita terkena dampaknya? Apakahkita
pribadi nyaman dengan hal tersebut – dan mengapa? Beranikah dengan kearoganan
kita mengatakan bahwa perlu standart yang berbeda untuk diaplikasikan ke massa,
daripada mengaplikasikannya ke keluarga kita? Jika kita ingin tidur nyenyak,
kita perlu melakukan apa yang bisa kita lakukan demi kemanusiaan.Saya yakin
kita dapat melakukan sesuatu secara individu, namun sebelumnya seperti yang
diutarakan Gordon, saat ini kita masih jauh dalam urusan menentukan konten atas
dasar apa konggres mengatakan itu harus.
Apakah
foto-foto perang antara vietnam dan amerika diijinkan tayang dibawah formula
Gordon? Foto-foto itu tentu sangat mengandung kekerasan, tapi foto-foto itu
juga secara signifikan membantu
memberikan dampak politik yang baik. Hal itu menjadi suatu perdebatan,
bahwa jika gambar-gambar itu tidak ditayangkan, perang bisa berlangsung lebih
lama.
Solusi
cepat dari argumentasi tersebut mungkin dengan memasukan cakupan jurnalistik,
tetapi tidak cakupan fiksi dari suatu kekerasan. Solusi cepat lain adalah
dengan membuat aturan tentang materi yang akan ditayangkan sesuai atau tidak
bagi anak-anak.
Gordon
mengatakan: Ada jauh lebih banyak kekerasan di media massa kini daripada yang
baik untuk masyarakat, dan konten kekerasan entah bagaimana harusnya dikontrol.
Biar
saya beri catatan, bahwa saya tidak akan berurusan dengan pornografi sebagai
bagian terpisah dari konten seksual atau dari kekerasan di media, meskipun
menurut saya pornografi tentu saja merendahkan martabat wanita. Saya
berpendapat bahwa pornografi seharusnya diatur karena dampak kekerasan yanga
dapat ditimbulkannya. Sementara itu, karena aturan hukum resmi telah ada
terkait pornografi dan percabulan, saya memilih fokus ke aspek konten kekerasan
di media massa.
Terkait
sex, Saya tidak yakin ada cara untuk mengontrol konten seksual di tv selain
dengan mematikan atau mengganti sebuah program yang berisi konten tersebut.
Tapi yang pasti kekerasan jauh lebih berbahaya bagi masyarakat daripada sex.
Para
pemrotes telah sempurna dengan haknya untuk menolak konten kekerasan dan
seksual di tv. Banyak kasus menyeret anak-anak soal masalah kekerasan dan
seksual. Sebuah study kasus mengemukakan sekelompok anak-anak dan disimpulkan
bahwa anak-anak yang terus menyaksikan acara kekerasan pada usia 8th
lebih cenderung melakukan tindak kekerasan
atau terlibat dalam KDRT di usia 30th.
Ada
pendapat yang mengatakan teknologi V-chip yang dapat memblok konten terlarang
dirasa cukup untuk menjauhkan anak-anak atau siapaun dari tayangan kekerasan
atau seksual. Apalagi mengingat seorang anak tidak perlu memiliki skill atau
ketrampilan khusus untuk menyalakan sebuah tv.
Kekerasan
di Amerika makin meningkat tiap waktu, dan dikhawatirkan tingkat kekerasan itu
merupakan dampak dari tayangan-tayangan kekeran dan seksual yang masyarakat
tonton di tv setiap harinya.
KEKERASAN YANG BERALASAN
Kekerasan
jenis ini biasanya terdapat di acara-acara hiburan, dimana unsur kekerasan
dimasukan sebagai bagian dari plot atau cerita. Saat dalam sebuah cerita
dibutuhkan adegan kekerasan, apalagi jika hal itu mencerminkan apa yang terjadi
di masyarakat, hal tersebut dianggap lebih pantas, daripada saat ditampilkan
sebagai efek kejut.
Adegan
kekerasan dalam sebuah cerita, berarti sesuatu, bersifat tunggal dan dilakukan
oleh seorang karakter yang kejam, tentu saja hal tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk merangsang, menakuti, dan memberi kesan jijik.
Perspektif
yang sama mungkin berguna untuk nilai kekerasan dalam sebuah berita. Dimana
hasil rekamanfoto atau video sangat dibutuhkan untuk mengilustrasikan berita
kekerasan, olahraga, atau berita lainnya.
Dengan
segala pemaparan tersebut, saya menyarankan bahwa hal ini tidak perlu
dipermasahkan lagi dalam kaitannya dengan konten kekerasan daripada aspek-aspek
lainnya yang ada di dalam konten media. Media gatekeeper akan terus mengawasi
dan mengevaluasi setiap saat, konten-konten apa saja yang boleh dan yang tidak
layak siar.
BUKTI BERBAGAI MACAM
Hal
itu bekerja untuk berdebat, seperti yang telah dilakukan, bahwa karena
penelitian yang luas tentang kekerasan tv jelas membuktikan hubungan sebab, itu
semua diberhentikan sebagai tidak relevan. Meskipun ada beberapa hasil yang
sangat beragam di penelitian, dan meskipun beberapa penelitian sebelumnya
khusus sah dapat perhatian. Ada juga
tampaknya menjadi indikasi yang jelas bahwa televisi kekerasan.
Satu
study dibandingkan sederhana pria yang dipenjara karena tindak kkerasan dengan
contoh yang cocock dari orang luar. Sekitar 80% dari para tahanan dilaporkan
tubuh berat melihat masa kecil tv kekerasan dalam rumah tangga. Orang tua siap
untuk membahas banyak kekhawatiran bahwa seorang anak mungkin memiliki tetang
kematian orang tua, tapi bukan pertanyaan itu yang dia tanyakan. Setelah menjelaskan ayah temannya meninggal
karena sakit , mereka bertanya mengapa dia berpikir seorang telah membunuhnya.bukan
bahwa cara orang meninggal?.gadis itu bertanyya.
Semakin,
piker, yang lebih dari sekedar bukti belaka untuk menghubungkan kekerasan di
televisi dengan kekerasan di masyarakat. Dalam sebuah artikel tahun 1992 dalam
jurnal dari amerika asosiasi medis dari beberapa 20 study lapangan jangka
panjang dalam beberapa tahun terahir telah menunjukan korelasi positive antara
menonton kekrasn di tv dan perilaku kekerasan atau agresif.
PENGGAMBARAN
KEKERASAN
Beberapa
masalah mungkin berasal dari cara dimana kekerasan ditampilkan di tv amerika.
Komentar yang sama tentang di amerika tv ditawari dua decade sebelumnya oleh
penulis tom wolfe. Jarang jika ada kekerasan dilihat dari perspektif korban,
yang menggambarkan konsekunsi lebih jelas dan membantu. Disebut pendekatan
biasa. Hampir setiap malaikat kamera,
sehingga pemirsa, adalah dengan pistol, tinju, batu. Telecisi melatih kita menjadi korban. Study
kami seperti ditegaskan oleh banyak investigasi
independent, menunjukan bahwa paling luas, akibat tiga barang lama
tumbuh di kultus media kekerasan adalah rasa
tidak aman meresap panggilan. Yang menarik untuk di catat bahwa kedua
jurnal asosiasi medis amerika dan panduan tv tersebut kekerasan tv darimasalah
kesehatan masyarakat di awal. Dari total 1846 aksi individual kekerasan 175
dimana menghasilkan satu lebih korban jiwa. Misalnya perhatikan keputusan NBC
untuk menggambarkan 1993 merdar seorang perempuan florida oleh mantan suaminya
tabloid progam berita bahasa spanyol orion sai. Pria ini ingin progam untuk
menyelidiki progam, kemungkinann bahwa mantan istrinya terlibat dalam remaja
putrid hamil bunuh dari mereka. Ia sedang diwawancaraiu di pemakaman ketika mantan istrinya muncul tibatiba. Kamera terus bergulir
sementara ia mengeluarkan pistol dan menembak mantan istrinya itu. Rekaman itu
ke jaringan utama dengan jaringan telemundo bahasa spanyol yang produksi asli.
NBC digunakan diantara alas an yang diberikan oleh jaringan lain untuk
penurunan adalah fakta bahwa cerita itu hari tua pada saat rekamandibuat nyata
kepada mereka. Beberapa direktur pers di NBC menyatakan apakah kejadian ini
memiliki nilai berita untuk menjamin penggunannya.
Komentar
Posting Komentar